Sumber : google.com |
Alhamdulillah, masa panen padi telah tiba di
desa kami. Banyak petani yang bersuka cita dengan hasil panennya. Meskipun pada
musim ini hasil panen tidak sebagus musim sebelumnya, kami bersyukur masih ada
yang bisa kami peroleh dari investasi yang kami tanamkan. Ada banyak harapan
dari seorang petani, tetapi tentu saja ada juga hal tidak terduga yang bisa
mengurangi harapan kita.
Ada banyak hal yang bisa mempengaruhi
berkurangnya hasil panen. Diantaranya, air yang
mulai menyusut karena tidak ada hujan juga unsur hara yang belum kembali
ke kondisi normal. Namun, penyebab yang paling dominan adalah hama tikus yang
menyerang pesawahan di desa kami.
Mungkin, bulan-bulan ini musimnya tikus
beranak-pinak sehingga mereka membutuhkan banyak makanan. Populasinya semakin
meningkat tidak tertahankan. Ada banyak
lubang tikus dimana-mana. Mereka menyerang padi secara massif bahkan cenderung
bergerombol. Para petani kewalahan bila harus mengusir mereka satu-persatu.
Saya mulai berpikir, kenapa ini bisa terjadi?
Jawabannya ada banyak kemungkinan. Pertama, sumber pangan alami tikus mulai
berkurang; Kedua, predator dari tikus yang mulai berkurang.
Manusia sebagai makhluk yang menempati urutan
teratas rantai makanan, memang terkadang tidak memperhatikan arti penting menjaga
keseimbangan alam. Kita hanya berpikir untuk menikmati kepuasan pribadi yang
sifatnya sesaat. Dalam jangka panjang, efek dari ketidakseimbangan alam adalah
_salahsatunya_ populasi hewan pengerat yang tidak proporsional dengan jumlah
makanan mereka. Para tikus yang seharusnya punya sumber pangan alami sendiri,
kini tidak tersedia dalam jumlah yang cukup. Sumber pangan mereka saling
berebut dengan manusia. Hutan-hutan yang tadinya menyediakan banyak buah-buahan
dan biji-bijian, kini sudah berkurang karena desakan pembangunan.
Selain sumber pangan mereka, pohon-pohon itu
juga sebagai tempat bersangnya burung hantu yang menjadi predator alami si
tikus. Menjadi kebiasaan jelek warga desa, menebang pohon sembarangan dengan
alasan menghalangi pemandangan. Padahal, pohon-pohon bisa menjadi sarana untuk
mengendalikan populasi tikus di sekitar areal pertanian atau di sekitar rumah.
Proyek Membangun Hutan Kecil di Tengah Pemukiman dan Areal Pertanian
Saya mulai menyadari manfaat belajar Biologi di
sekolah. Hanya saja tidak ada usaha untuk menerapkan pengetahuan yang telah
kita peroleh di kelas. Kelemahannya di situ. Padahal, jika ada proyek sekolah untuk
mengurangi populasi tikus ini bisa menjadi pelajaran berharga. Manfaat yang
diperoleh pun sangat besar. Anak-anak semakin paham akan arti penting menjadi
lingkungan di sekitarnya.
Untuk solusi jangka panjang, sebaiknya ada
upaya untuk menambah populasi pohon-pohon berkayu di sekitar rumah dan
pesawahan. Apabila memungkinkan, anak-anak sekolah diajak untuk membangun hutan
kecil. Proyek ini sebaiknya didukung oleh pihak Pemerintah Desa yang
menyediakan lahan. Hal pertama yang harus dilakukan adalah menyadarkan akan
arti penting adanya hutan kecil di desa
kita yang notebene adalah desa peralihan. Kondisi alamnya sudah tidak seasri
dahulu, untuk itu harus ada rencana penataan kembali supaya tidak semua lahan
digunakan untuk menanam padi atau mendirikan bangunan.
Proyek pembangunan hutan kecil ini seharusnya
masuk dalam rencana tata ruang desa. Warga sebaiknya punya pemikiran yang sama
tentang kondisi lingkungan desa di masa depan. Visi pembangunan lingkungan desa
dapat terwujud dalam seberapa besar kepedulian llingkungan warganya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar...