Minggu, 31 Agustus 2014

Keseimbangan Alam di Desa Peralihan


Sumber : google.com
Alhamdulillah, masa panen padi telah tiba di desa kami. Banyak petani yang bersuka cita dengan hasil panennya. Meskipun pada musim ini hasil panen tidak sebagus musim sebelumnya, kami bersyukur masih ada yang bisa kami peroleh dari investasi yang kami tanamkan. Ada banyak harapan dari seorang petani, tetapi tentu saja ada juga hal tidak terduga yang bisa mengurangi harapan kita.
Ada banyak hal yang bisa mempengaruhi berkurangnya hasil panen. Diantaranya, air yang  mulai menyusut karena tidak ada hujan juga unsur hara yang belum kembali ke kondisi normal. Namun, penyebab yang paling dominan adalah hama tikus yang menyerang pesawahan di desa kami.
Mungkin, bulan-bulan ini musimnya tikus beranak-pinak sehingga mereka membutuhkan banyak makanan. Populasinya semakin meningkat tidak tertahankan.  Ada banyak lubang tikus dimana-mana. Mereka menyerang padi secara massif bahkan cenderung bergerombol. Para petani kewalahan bila harus mengusir mereka satu-persatu.
Saya mulai berpikir, kenapa ini bisa terjadi? Jawabannya ada banyak kemungkinan. Pertama, sumber pangan alami tikus mulai berkurang; Kedua, predator dari tikus yang mulai berkurang.
Manusia sebagai makhluk yang menempati urutan teratas rantai makanan, memang terkadang tidak memperhatikan arti penting menjaga keseimbangan alam. Kita hanya berpikir untuk menikmati kepuasan pribadi yang sifatnya sesaat. Dalam jangka panjang, efek dari ketidakseimbangan alam adalah _salahsatunya_ populasi hewan pengerat yang tidak proporsional dengan jumlah makanan mereka. Para tikus yang seharusnya punya sumber pangan alami sendiri, kini tidak tersedia dalam jumlah yang cukup. Sumber pangan mereka saling berebut dengan manusia. Hutan-hutan yang tadinya menyediakan banyak buah-buahan dan biji-bijian, kini sudah berkurang karena desakan pembangunan.
Selain sumber pangan mereka, pohon-pohon itu juga sebagai tempat bersangnya burung hantu yang menjadi predator alami si tikus. Menjadi kebiasaan jelek warga desa, menebang pohon sembarangan dengan alasan menghalangi pemandangan. Padahal, pohon-pohon bisa menjadi sarana untuk mengendalikan populasi tikus di sekitar areal pertanian atau di sekitar rumah.
Proyek Membangun Hutan Kecil di Tengah Pemukiman dan Areal Pertanian
Saya mulai menyadari manfaat belajar Biologi di sekolah. Hanya saja tidak ada usaha untuk menerapkan pengetahuan yang telah kita peroleh di kelas. Kelemahannya di situ. Padahal, jika ada proyek sekolah untuk mengurangi populasi tikus ini bisa menjadi pelajaran berharga. Manfaat yang diperoleh pun sangat besar. Anak-anak semakin paham akan arti penting menjadi lingkungan di sekitarnya.
Untuk solusi jangka panjang, sebaiknya ada upaya untuk menambah populasi pohon-pohon berkayu di sekitar rumah dan pesawahan. Apabila memungkinkan, anak-anak sekolah diajak untuk membangun hutan kecil. Proyek ini sebaiknya didukung oleh pihak Pemerintah Desa yang menyediakan lahan. Hal pertama yang harus dilakukan adalah menyadarkan akan arti penting  adanya hutan kecil di desa kita yang notebene adalah desa peralihan. Kondisi alamnya sudah tidak seasri dahulu, untuk itu harus ada rencana penataan kembali supaya tidak semua lahan digunakan untuk menanam padi atau mendirikan bangunan.

Proyek pembangunan hutan kecil ini seharusnya masuk dalam rencana tata ruang desa. Warga sebaiknya punya pemikiran yang sama tentang kondisi lingkungan desa di masa depan. Visi pembangunan lingkungan desa dapat terwujud dalam seberapa besar kepedulian llingkungan warganya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar...