google.co.id |
Beberapa hari lalu saya sudah menyelesaikan membaca
buku Revolusi Iran (Nasir Tamara, 1980) yang berbicara tentang proses Revolusi
di Iran di tahun 1979 lalu. Ada hikmah yang bisa diambil disana diantaranya
bagaimana ulama sangat berperan dalam proses pembangunan disegala bidang. Kemudian,
saya mencoba membandingkan dengan apa yang saat ini sedang terjadi di
desa-desa. Ulama masih menjadi tokoh sentral dalam kehidupan bermasyarakat,
tetapi ternyata ada pergeseran peran yang sangat signifikan.
Ulama Hanya Aspek Rohaniah Saja
Ulama sebagai pemimpin masyarakat secara informal
mempunyai peran penting dalam proses sosial di tengah orang desa. Sebagai orang
desa, saya sangat merasakan peran ulama menjadi lokomotif bagi pembangunan
sumberdaya manusia. Bagaimana ulama membina karakter warga hingga menjadi
pribadi yang bertaqwa.
Hanya saja, peran ulama hanya sampai pada aspek
rohaniah saja. Padahal ulama sebaiknya menjadi pemimpin informal juga dalam pembangunan
infrastruktur desa, membuka lapangan kerja, pertanian dan industri. Ini penting.
Ulama perlu turun langsung dalam proses ini karena mereka mempunyai cara
pandang yang khas dalam menyikapi problematika ummat. Ulama melihat hal yang
bersifat duniawi sebagai investasi abadi bagi kehidupan akhirat. Maka dari itu,
diharapkan akan tercipta pembangunan yang berkeadilan tanpa harus melanggar
etika beragama.
Ulama Kini dan Dulu
Dulu, semasa prakemerdekaan para ulama sangat
berperan penting dalam pembangunan desa baik secara fisik maupun nonfisik. Ada banyak
litelatur yang mengatakan jika para ulama menjadi motor penggerak dalam pertanian,
perdagangan, pengairan dsb.. sebaliknya, ulama pasca kemerdekaan lebih terkonsentrasi
pada pembangunan bidang pendidikan. Itu tidak salah, hanya saja jika kita terus
terkonsentrasi disana maka akan terjadi perlambatan pembangunan di desa kita. Imbasnya,
urbanisasi tetap tinggi karena anak muda hanya dibekali ilmu teoritis di
sekolah tanpa kemudian disediakan lapangan pekerjaan ketika menginjak dewasa.
Mungkin, tidak adanya rangsangan untuk membangun
desa karena sudah diserahkan kepada Pemerintah sehingga ada keengganan ulama
untuk berperan lebih besar lagi dalam pembangunan. Para ulama terkesan
mengucilkan diri di lembaga keagamaan karena tempat mereka sudah diambil alih
lembaga pemerintahan yang punya kekuatan secara formal. Padahal, kekuatan ulama
secara infomal bisa mengubah kebijakan formal yang dikeluarkan pemerintah. Asalkan,
perubahan kebijakan dimaksudkan untuk sebaik-baiknya dan seluas-luasnya
kepentingan masyarakat.
Sekulerisasi
Pengikisan peran ulama ini adalah hasil dari
program sekulerisasi dari pihak-pihak yang benci pada Islam. Secara sadar
ataupun tidak, ulama sendiri sudah memisahkan antara ibadah ritual dan ibadah
sosial. Padahal tidak perlu begitu. Ketika pemikiran ini sudah ada dalam benak
ulama, otomatis mereka menarik diri dari perannya yang dahulu sudah besar
menjadi lebih menciut lagi. Warga pun sudah tidak menganggap lagi Islam sebagai
solusi bagi problematika bermasyarakat. Islam hanya sebagai sarana hiburan
rohani ketika kehidupan duniawi sudah tidak bisa lagi memberikan kebahagiaan.
Pendidikan Ulama Tidak Berpengaruh
Pemikiran sekuler ini tidak berpengaruh pada
tingkat pendidikan seorang ulama. Bisa jadi semakin tinggi jenjang pendidikan formalnya,
maka semakin sekulerlah dia. Ataupun sebaliknya. Entah apa yang ada di benak
ulama kita, ada banyak mereka yang hidup justru dari sumbangan ummat seperti
para biksu Shaolin. Kita bandingkan dengan ulama generasi Sahabat, Tabiin dan
Thabiuut Thabiin, mereka justru hidup berdikari menjadi contoh bagi ummatnya. Di
siang hari mereka bertani atau berdagang, di malam hari menyampaikan ilmu. Wajar,
mereka bisa membawa ummat karena berdakwah dengan contoh bukan sekedar
kata-kata.
Saya hanya ingin menekankan bahwa menjadi seorang
ulama tidak hanya sebagai pribadi yang luhur ilmu tetapi juga sebagai pribadi
yang mempunyai visi bagaimana membangun masyarakat di masa depan. Apakah ulama
akan menjadikan masyarakt sekuler atau masyarakat Islami yang diridhoi Alloh
SWT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar...