Alam Indonesia
begitu indah, namun kenapa masyarakat kita tidak bisa memanfaatkannya dengan
maksimal? Apakah budaya kita tidak mendukung untuk terlaksananya ekploitasi dan
ekplorasi alam Nusantara?
Persepsi sangat mempengaruhi bagaimana manusia
berbuat. Semua berawal dari pikiran, kita
tidak bisa melihat apa yang telah terjadi sebagai sesuatu yang spontan begitu
saja. Untuk itu, sebelum kita berbicara banyak mengenai kenapa pembangunan di
pedesaan begitu lambat maka kita harus menelaah terlebih dahulu bagaimana orang
desa mempersepsikan alam yang ada di sekitarnya.
Memahami persepsi ini penting untuk bisa
menentukan pola pembangunan seperti apa yang sesuai dengan budaya setempat.
Misalnya, budaya yang sangat memelihara alam sebagai sumber penghidupan
tidaklah cocok apabila diterapkan pola pembangunan industrial sebagaimana yang
telah terjadi di kota-kota besar. Namun, kita pun tidak bisa stagnan begitu
saja tanpa melakukan apa-apa. Untuk itu, konsep-konsep yang telah ditetapkan
sebaiknya bisa menjadi solusi bagi warga lokal. Dan yang terpenting, bisa
'masuk' ke dalam pola pikir warga.
Sikap Orang Timur
Nilai budaya yang dipengaruhi
oleh ajaran Hindu dan Budha membuat kebijaksanaan Timur bersifat kontemplatif,
tertuju kepada tinjauan kebenaran. Dengan demikian, berpikir kontemplatif
dipandang sebagai puncak perkembangan rohani manusia. Pemikir Timur lebih
menekankan segi dalam dari jiwa, dan realitas di belakang dunia empiris
dianggap sebagai sesuatu yang hanya lewat dan bersifat khayalan. Timur lebih
menekankan disiplin mengendalikan diri, sederhana, tidak mementingkan dunia,
bahkan menjauhkan diri dari dunia. Sesuatu yang baik menurut Timur tidak
terdapat hanya dalam dunia benda, tidak dengan memanipulasi alam,
mengubah masyarakat dan mencari kesenangan bagi dirinya. Akan tetapi, yang baik
itu diperoleh melalui pencarian zat yang satu, di dalam diri kita atau di
luarnya.
Di Timur dicari keharmonisan dengan alam, sebab alam
memberi kehidupan, memberi makanan, tempat berteduh, bahan untuk seni dan
sains. Nafsu untuk memperoleh hikmah atau kerinduan akan keselamatan dan
kebebasan diri dari penderitaan dunia, bagi Dunia Timur cukup kuat. Ide
keselamatan ini besar pengaruhnya dalam membentuk mentalitas, teori dan
praktek bangsa Timur. Jalan untuk memperoleh ini semua tidak terletak
pada akal budinya, tetapi dilalui melalui meditasi, tirakat (ascetic) dan
mistik.
Sikap orang Timur terhadap alam
adalah menyatu dengan alam, tidak memaksakan
diri dengan mengeksploitasi alam, bahkan menginginkan harmoni dengan alam karena
alam merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Kalau alam
binasa, maka manusia pun akan binasa. Untuk menjaga hubungan yang harmonis
terkadang muncul ekspresi kongkrit dalam bentuk hubungan mistik manusia dengan
alam. Nilai kehidupan Timur yang tertinggi datang dari dalam, seperti nrimo kenyataan,
mencari ketenangan dan waktu demi kesenangan, belajar dari pengalaman,
menyatukan diri. Terkadang nilai spiritual yang dalam itu membuat sikap
memuliakan kesendirian dan kemiskinan, menghindar untuk membangun dunia,
hidup sederhana dan dekat dengan kehidupan alamiah. Ringkasnya, Dunia Timur
menginginkan kekayaan hidup, bukan kekayaan benda, tenang tenteram, menyatu
diri, fatalisme, pasivitas dan menarik diri.
Sikap
Orang Barat
Di Barat orang lebih
condong menekankan dunia empiris sehingga mereka maju dalam sains dan
teknologi. Melalui pengaruh Yunani, Barat
berkembang dalam pengetahuan
deskriptif dan spesialisasi. Dukungan sikap Barat yang lebih besar tekanannya
kepada realitas dan nilai waktu menyebabkan perkembangan yang pesat dalam
filsafat prosesi pengonsepan evolusi kreatif serta kemajuan. Dengan demikian,
waktu mempunyai peran dalam keselamatan manusia. Manusia dengan alam menurut
konsep Barat adalah terpisah. Alam sebagai dunia luar harus dieksploitasi.
Hal ini terlukis dalam kata-kata: menaklukan luar angkasa, menaklukan alam dan
hutan rimba.
Persepsi Islam
"Dan carilah
pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat,
dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat
baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan."
(QS.
Al-Qoshosh(28):77)
Dalam Islam, sikap pertengahan sangat
dikedepankan. Islam, tidak memperbolehkan manusia untuk merusak alam, namun
tidak memperbolehkan 'mendiamkan' alam. Alam sebagai sumber rezeki bagi ummat
dan menjadi bentuk ibadah apabila kita memanfaatkannya.
Islam tidak pernah mengajarkan bahwa alam harus
'dibiarkan' begitu saja seakan mencari kekayaan dari alam adalah sesuatu yang
terlarang. Itu keliru. Apabila ada yang menganggap bahwa memanfaatkan potensi
alam bisa membawa kerusakan di muka bumi itu hanyalah akal-akalan pihak yang
ingin melemahkan ummat Islam. Pemikiran itu datang dari para sufi yang seakan
merasa paling soleh ketika 'menghindar dari keindahan dunia'. Padahal, dunia
ini sebagai perantara bagi kita untuk masuk surga-Nya.
…
Sayangnya, warga desa sendiri memiliki
pemikiran yang 'campur aduk' mengenai persepsi mereka tentang alam. Sedikit
sekali yang menganggap alam ini sebagai sumber kehidupan sehingga harus
dimanfaatkan dengan maksimal. Celakanya, para Ulama di pedesaan justru
mengajarkan pemahaman yang keliru mengenai alam ini. Ulama kita lebih
terpengaruh oleh ajaran Hindu-Budha yang menganggap alam harus 'dibiarkan'
begitu saja.
Untuk mengubah pemikiran itu, bisa dengan cara
'revolusioner' yakni industrialisasi pedesaan. Di desa, harus ada agen
pembaharu yang bisa membawa masyarakat pada kemajuan industri dengan
memanfaatkan alam dan segala potensinya.
Sumber:
Ir. M. Munandar
Soelaeman, Ilmu Budaya Dasar, Eresco, Bandung: 1988.
Endang Saifuddin Anshari, Wawasan Islam, Pokok-pokok
Pikiran tentang Islam dan Ummatnya, Salman ITB, Bandung: 1983.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar...